Ketika terbangun dari sepi hati Tiada mampu menerka asa Rasanya meluluh lantahkan nyata, Dalam renungan senja Mata hati mencoba meraba, Kalbu ini damai, rela Terbelenggu atas kuasa ilahi dan mengabdi, menghinakan diri Kepada-Nya (Tuhan kami umat manusia) ***Je, Maghizah***
Para repara itu tak layak bertengger layaknya acuan Tak pantas layaknya haluan, Kami pasir semakin mengecil Kami debu semakin tabu, Tidaklah tabu kami setabu nurani Tidaklah hina kami sehina hati mati, Kau berfikir tapi kau otak udang Kaubertindak tapi kau tak berjasa Kau bersua tapi kau tampak belang Kau berwibawa tapi kau hina dina Oh Tikus Negara! ***SOE***
Malam tadi sama dengan malam selama sepekan lalu. Terlalu gusar, Bobotnya berat menjadikan kelu Seonggok rindu yang meronta-ronta ingin pulang, Terkungkung di dalam sebuah ruang tak berjeruji. Digedor-gedornya ruang, dihentak-hentakkannya pula membuat tak tenang. Malangnya rindu, yang tau jalan pulang tanpa memiliki kunci pintu ruang pulang. Baru saja seonggok sudah begitu, Malamku yang malang... -Je, Maghizah-
Komentar
Posting Komentar